VVVF
dan SIV, kedua komponen ini akan sering kita sebut jika membahas kereta bertransmisi
elektris atau yang memakai penggerak motor listrik baik itu dengan power yang
berasal dari diesel (KRDE) ataupun power yang berasal dari listrik (KRL).
Setelah sebelumnya dibahas tentang sistem propulsi KRDE yang sudah
menyinggung tentang VVVF dan SIV, maka sebelum lanjut ke pembahasan sistem
propulsi Kereta Rel Listrik (KRL) sebaiknya kita pelajari dulu apa itu VVVF dan
SIV sehingga pembahasan selanjutnya lebih jelas.
VVVF
merupakan kependekan dari Variable Voltage Variable Frequency sedangkan SIV
adalah Static Inverter. Pada dasarnya VVVF dan SIV sama – sama termasuk
golongan inverter, hanya saja VVVF untuk output yang variable sedangkan SIV
untuk output yang lebih stabil atau disebut static. Istilah VVVF sendiri, dalam
dunia perkeretaapian, lebih banyak dipakai untuk produk yang berasal dari
Jepang, sedangkan produk barat (eropa atau amerika) VVVF disebut MCM (Motor
Control Module). Demikian pula SIV, juga merupakan istilah yang banyak dipakai
di produk Jepang, sedang di barat SIV disebut ACM (Auxiliary Control Module).
Dari nama lain VVVF yakni MCM jelas pula bahwa VVVF dipakai untuk control motor
traksi, sedangkan SIV atau ACM untuk supply auxiliary.
Gambar.
Skematik Inverter dan SIV sama, hanya sistem kontrolnya yang berbeda [1]
VVVF
yang merupakan variable inverter memiliki output yang berupa tegangan dan
frekuensi yang variable. Tegangan dan frekuensi variable diperlukan untuk
mengatur kecepatan motor traksi. Biasanya dalam data motor traksi akan ada
spesifikasi tegangan, frekuensi, dan juga kecepatan. Misalnya 380 V, 50 Hz, dan
3000 rpm, artinya jika kita memberi supply listrik 380 V, frek 50 Hz maka motor
traksi akan memiliki kecepatan 3000 rpm. Sedangkan untuk aplikasi kereta api,
tidak mungkin motor disetting dengan kecepatan 3000 rpm sepanjang waktu. Pasti
ada saat berhenti, kecepatan rendah, kecepatan tinggi, akselerasi dan
deselerasi. Untuk itu maka dipakai VVVF yang dapat memvariasikan frekuensi
supply ke motor traksi yakni 0 Hz -
frekuensi tertentu sesuai desain. Lebih jelas lihat pembahasan motor
control.
Gambar.
VVVF dan SIV di kereta [2]
Gambar.
VVVF dan komponen penyusunya [2]
Sedangkan
SIV yang dipakai untuk beban auxiliary memiliki frekuensi yang stabil yakni 50
Hz, di Indonesia. Beban auxiliary ini misal lampu, AC, power socket, dan
lainya. Apa yang terjadi jika SIV dipakai untuk motor traksi? Seperti dijelaskan
sebelumnya, maka motor traksi tidak akan bisa diatur kecepatannya, dan motor
akan langsung berputar pada frekuensi keluaran SIV yang konstan tadi. Namun
sebaliknya, VVVF dapat dipakai untuk SIV, karena VVVF mampu menghasilkan output
frekuensi yang variable, maka jika output VVVF disetting konstan di nilai 50
Hz, misalnya, maka ia akan berfungsi sebagai SIV. SIV bisa saja diubah menjadi
VVVF tetapi dengan setting yang lebih sulit karena harus mengubah program dari
output yang statis menjadi dinamis. Selain itu biasanya komponen SIV memiliki
rating yang lebih rendah dari VVVF karena sifat bebannya yang lebih stabil.
Sehingga VVVF pasti memiliki harga yang lebih mahal dari SIV.
Ref:
Terimakasih atas penjelasannya
BalasHapus