Blok signaling adalah pensinyalan dengan membagi lintas menjadi beberapa blok. Untuk itu terkadang saya sebut blok lintas. Setiap blok hanya boleh diisi satu kereta dalam satu waktu. Tanda sinyal dipasang di awal blok sehingga kereta yang akan melintas tahu apakah blok lintas di depannya terisi kereta atau kosong. Pembagian bloknya sendiri ada bermacam - macam, tetapi sacara umum dibagi dua yaitu: fix block(blok tetap) dan moving block(blok berubah).
Fix block berarti panjang setiap blok adalah tetap. Dulu, sebelum sistem signaling sebaik saat ini, biasanya blok lintas adalah per stasiun. Jadi awal blok adalah di suatu stasiun dan berakhir ketika bertemu stasiun selanjurnya. Kemungkinan stasiun - stasiun kecil di tingkat kecamatan dipakai sebagai penanda awal dan akhir blok ini. Sedangkan sekarang panjang tiap blok adalah setiap bertemu tanda sinyal selanjutnya. Panjang blok dihitung dengan mempertimbangkan frekuensi kereta di lintas dan juga jarak aman pengereman yang hubungannya dengan: kecepatan maksimum kereta, gradient lintas, dan sistem pengereman kereta.
Penggunaan fix blok pada lintas yang dilalui beberapa jenis kereta seperti kereta lokal, kereta high speed dan kereta barang tentunya akan mempertimbangkan kemungkinan terburuk yakni jarak pengereman terjauh pada high speed. Walaupun secara ekonomi tidak efisien karena frekuensi kereta lokal dan barang jadi menurun. Sehingga biasanya untuk high speed memiliki jalur tersendiri.
Gambar 1 menunjukkan ilustrasi sederhana dari sistem fix blok signaling. Terlihat block bagian tengah kosong sehingga lampu sinyal hijau, sedangkan blok paling kanan terisi sehingga lampu sinyal merah. Sedangkan pada Gambar 2 disebut multi aspek signaling yaitu dengan menambahkan satu blok kosong sebagai buffer. Untuk deteksi apakah kereta sudah melewati suatu blok atau belum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu track circut dan axle counter.
Gambar 1. Simple block signaling
Gambar 2. Multiple aspek block signaling
Kekurangan dari sistem fix blok adalah jumlah kereta yang di lintas terbatas karena harus menyediakan open block dan juga buffer block ( pada multi aspek signaling) sehingga penggunaan lintas kurang efisien. Selain itu maintenance peralatannya juga mahal. Kemudia dikembangkanlah sistem moving blok.
Pada sistem moving blok, panjang tiap blok tidak pasti, bahkan bloknya sendiri berjalan. Konsep pada sistem ini adalah memberi jarak aman ( buffer) di depan dan belakang kereta. Buffer depan untuk mengakomodasi jarak pengereman kereta tersebut sedangkan buffer belakang untuk mengakomodasi jarak pengereman kereta di belakangnya. Pada sistem moving block keberadaan kereta dan juga kecepatan kereta dideteksi oleh sensor yang dikirim ke server. Dari server inilah diatur panjang buffer berdasarkan kecepatan kereta dan juga jumlah kereta di lintas, teknologi yang dipakai sering disebut dengan CBTC ( Communication Based Train Control). CBTC sendiri sudah banyak dipakai di metro yang frekuensi perjalanan keretanya tinggi. Bahkan dengan CBTC dimungkinkah kereta driverless (kereta tanpa masinis). Gambar 3 menunjukkan perbandingan antara sistem fix block dan moving block.
Gambar 3. Perbandingan fix block dan moving block
Reff:
Terima kasih banyak!
BalasHapusTerima kasih
BalasHapus