Setelah
sebelumnya dibahas tentang sistem propulsi pada KRDH, sistem propulsipada KRDE, dan juga VVVF dan SIV sekarang kita akan belajar bersama
tentang sistem propulsi pada Kereta Rel Listrik (KRL). Sistem propulsi pada KRL
mirip dengan KRDE karena keduanya sama – sama memakai motor traksi sebagai
penggerak. Perbedaan keduanya terletak pada sumber energinya, KRDE memperoleh
sumber energi listrik dari mesin diesel yang memutar alternator kemudian
menghasilkan listrik, sedangkan pada KRL listrik diperoleh dari Listrik Aliran
Atas (LAA) atau overhead line yakni
kabel yang berada diatas rel KRL. Sumber listrik KRL bisa juga dialirkan
dibawah melalui rel ketiga (3rd rail) yakni rel khusus mengantarkan
aliran listrik. Pada pembahasan selanjutnya kita akan pakai istilah LAA. Lebih
jelas tentang LAA dan 3rd rail akan dibahas pada artikel
selanjutnya.
Berdasarkan
arus listrik di LAA dan jenis motor traksi yang dipakai, KRL dibedakan menjadi:
- LAA listrik DC, motor traksi DC
- LAA listrik DC, motor traksi AC
- LAA listrik AC, motor traksi DC
- LAA listrik AC, motor traksi AC
Gambar.
LAA[1] dan 3rd rail [2]
LAA listrik DC
Berikut adalah skema sistem propulsi KRL dengan LAA listrik
DC dan motor traksi DC. Dapat dilihat pada gambar bahwa aliran arus listrik
mengalir mulai dari LAA, masuk ke pantograph setelah pantograph ada CB(Circuit
Breaker) yang berfungsi memutus aliran arus listrik apabila terjadi kesalahan/
kerusakan, setelah itu listrik masuk ke DC-DC converter (Chopper). DC-DC
Converter disini berfungsi untuk mengatur besarnya tegangan output yang masuk
ke motor karena DC-DC converter memiliki input DC yang konstan sedangkan output
DC nya bervariasi. Tegangan yang bervariasi diperlukan untuk mengatur kecepatan
motor DC. Berbeda dengan motor AC yang dalam pengaturan kecepatannya memerlukan
variasi tegangan dan frekuensi, pada motor DC cukup tegangan yang diatur. Jika
ingin kecepatan rendah diberi tegangan rendah dan jika ingin kecepatan tinggi
maka tegangan yang diberikan juga tinggi. Demikian kenapa control kecepatan
motor DC lebih mudah dari motor AC.
Sedangkan untuk auxiliary load diambilkan dari DC – AC
Converter yang nama lainya adalah inverter dan seperti dijelaskan sebelumnya
disini dipakai statis inverter atau sering disebut Static Inverter (SIV).
Selanjutnya arus listrik mengalir balik ke stasiun pensuplai listrik melalui axle
brush kemudian menuju rel. Sistem ini, stasiun pensuplai – overhead line –
kereta – rel, membentuk rangkaian tertutup sehingga arus listrik bisa mengalir.
Gambar.
Skema propulsi KRL: LAA listrik DC, motor DC
Gambar.
Pantograph [3]
Selanjutnya untuk LAA listrik DC dan motor traksi AC. Tidak
jauh berbeda dari sebelumnya, hanya saja komponen DC – DC Converter diganti
dengan DC – AC Converter (inverter) agar menghasilkan listrik AC. Seperti
dijelaskan pada artikel sistem propulsi pada KRDE, pengaturan kecepatan motor AC memerlukan variasi
voltage dan variasi frekuensi, untuk itu inverter yang dipakai untuk motor
traksi disini adalah jenis VVVF. Pada gambar dibawah terdapat dua motor traksi
AC 3 phase dengan 1 VVVF apakah ini bisa? VVVF dapat mensuplai beberapa motor
traksi dengan catatan jumlah total daya listrik motor traksi yang ada tidak
melebihi daya listrik VVVF. Misalnya untuk VVVF 800 kW maka mampu untuk
menggerakkan motor traksi 200 kW sebanyak 4 buah. Hal penting disini, antar
motor traksi harus disusun parallel agar tegangan yang diperoleh sama, ingat
pengaturan kecepatanya perlu salah satunya variasi tegangan.
Untuk beban auxiliary sama dengan sebelumnya, hanya saja
disini lebih diperjelas dengan adanya tambahan travo yang bisa untuk
menaikkan/menurunkan tegangan (tergantung jenis travonya). Dan ada tambahan
rectifier untuk charging baterai. Beterai ini diperlukan untuk supplai ketika
kondisi emergency.
Gambar.
Skema propulsi KRL: LAA listrik DC, motor AC [2]
LAA listrik AC
Pada sistem ini, LAA memakai listrik AC dan motor traksi
DC. Arus listrik mengalir melalui LAA, melewati CB kemudian menuju transformer.
Transformer diperlukan karena biasanya LAA memakai listrik tegangan tinggi agar
losses (rugi - rugi) yang dihasilkan kecil ketika distribusi. Biasanya memakai
25 kVA. Listrik masuk travo kemudian diturunkan tegangannya. Setelah itu
listrik masuk ke AC-DC Converter (rectifier), dari rectifier listrik AC diubah
menjadi DC. Setelah itu listrik DC akan masuk ke DC – AC Motor Converter (VVVF)
yang selanjutnya mensuplai motor traksi dan masuk DC - AC Auxiliary Converter (SIV) yang selanjutnya
mensuplai beban auxiliary. Aliran arusnya sama, yakni selanjutnya listrik
kembali ke gardu pensuplai melalui rel. Sedangkan pada sistem LAA listrik AC
yang memakai motor DC hampir sama. Perbedaanya hanya DC – AC Motor Converter
diganti menjadi DC- DC Converter.
Gambar.
Skema propulsi KRL: LAA listrik AC, motor AC [2]
Ref: