Saat
ini, dunia transportasi Indonesia kembali dihangatkan dengan karya anak bangsa
yakni metro kapsul. Apa itu metro kapsul? Istilah metro umum dipakai untuk
menyebut kereta intercity (dalam kota) dan biasanya ciri khas dari kereta ini adalah
bobotnya yang ringan. Sedangkan metro kapsul adalah sebutan untuk moda
transportasi metro yang memiliki bentuk seperti kapsul. Selain itu, moda
transportasi yang difungsikan sebagai metro ini juga hanya terdiri dari satu
car (gerbong) sehingga sangat mirip dengan kapsul.
Metro kapsul merupakan moda transportasi yang dikembangkan
oleh PT Teknik Rekayasa Kereta Kapsul (Trekka) yang konsorsium
empat perusahaan, yakni PT Surya Gemilang sebagai pembuat sasis, PT Karsa Kerja
Mekanotama sebagai pembuat bodi, PT Treka sebagai perekayasa mesin, serta PP
Precast sebagai pembuat fondasi jalur.
Direktur Operasi Trekka, Leonnardo Feneri mengungkapkan,
Metro Kapsul seperti bus dengan 8 roda namun digerakkan dengan listrik dengan
trek khusus di atas beton layang (elevated) di ketinggian 6 meter. Sementara tenaga penggeraknya adalah
listrik seperti halnya kereta commuter. Dengan lebar kapsul 2,2 meter dan panjang 9 meter, satu
kapsul made in Subang
ini sendiri bisa mengangkut 50 penumpang sekali jalan. Dalam sekali perjalanan,
satu setidaknya ada 4-5 Metro Kapsul yang berjalan beriringan sehingga bisa
mengangkut setidaknya 200 - 250 penumpang.
Gambar. Metro Kapsul dan Tracknya [4]
"Hampir semua bagian dari program pengujian ini dibuat
dari komponen lokal hingga 90%. Hanya motor listrik, kompresor, dan sensor saja
yang harus dibuat di luar. Dikembangkan sejak 2007," jelasnya.
Gambar. Konstruksi chasis metro kapsul [5]
Lebih jauh, menurut Leonnardo, Metro Kapsul berjalan dengan
kecepatan normal 40 km per jam dengan kecepatan maksimum hingga 80 km per jam.
Metro Kapsul ini direncanakan berhenti pada setiap halte dengan jarak antar
halte sejauh 1 km.
Menurut
Leonardo Feneri, sebagai moda transportasi berbasis rel, penghitungan biaya
investasi kereta kapsul per kilo meternya diperkirakan sekira Rp200 miliar. “Investasi
untuk moda transportasi ini bisa dibilang lebih murah dibandingkan monorel
untuk per kilo meternya. Jika satu kilometer LRT menelan Rp400 miliar dan MRT
menelan Rp900 triliun per kilo meternya. Biaya pembangunan sekitar Rp200 m per
km. Ini akan dihitung ulang seandainya ada permintaan khusus stasiun besar
halte besaran dihitung ulang,” ujarnya.
Selain
lebih murah kata dia, kemampuan mengangkut penumpangnya juga lebih banyak.
Kereta Metro Kapsul mampu mengangkut 15 ribu orang per jam. “Estimasinya,
per rangkaian kereta kapsul dengan asumsi setiap 1,5-2 menit tiba di halte. Per
kapsul akan mengangkut 50 orang. Dengan ideal rangkaian kapsul 4-5 kapsul atau
bisa maksimal mencapai 10 rangkaian,” ungkap dia.
Ref: