Kereta api Lembah Anai atau KA Lembah Anani adalah kereta api perintis yang ada di wilayah Sumatra Barat. Kereta api ini melayani rute Lubuk Alung – Kayu Tanam PP dan singgah di stasiun Sicincin. Sebagai kereta perintis, kereta ini hanya dipatok biaya sekitar empat ribu rupiah sekali jalan. Lintas Lubuk Alung – Kayu Tanam merupakan lintas tunggal yang memang hanya dilewati KA Lembah Anai. Untuk menuju Kota Padang maka penumpang harus berganti kereta di stasiun Lubuk Alung. Berikut sedikit review tentang sarana KA Lembah Anai dan pengalaman saya ketika naik kereta tersebut.
Gambar. KA Lembah Anai
KA Lembah Anai termasuk ke dalam jenis kereta railbus. Kereta ini berteknologi Diesel Elektrik atau KRDE. Kereta yang memiliki bogie artificial ini terdiri dari 3 car yaitu TeC-T-MC. TeC yaitu Trailer Engine Cabin, T adalah Trailer dan MC adalah Motor Cabin. Bogie artificial adalah istilah untuk bogie yang menopang dua carbody. Pada railbus ini bogie pertama full menopang TeC sedang bogie kedua menopang TeC dan T, bogie artificial kedua menopang T dan MC, terakhir bogie yang full menopang MC. Ada dua traksi motor pada kereta ini yang mana setiap traksi motor terhubung ke satu bogie.
Gambar. Bogie Artificial
Railbus yang merupakan kembaran KA Bathara Kresna solo ini memiliki kecepatan maksimum mencapai sekitar 50 km/jam. Pada sisi dalam kereta terdapat running text yang berisikan informasi jam, kecepatan kereta, dan stasiun tujuan. Kereta kelas ekomoni ini memiliki tempat duduk yang tetap, separuh menghadap ke kabin satu dan separuhnya menghadap ke kabin dua. Karena jarak lintas operasi yang tidak terlalu jauh, sekitar 1 jam dari Lubuk Alung ke Kayu Tanam, maka kereta ini juga tidak dilengkapi toilet. Untuk menampung lebih banyak penumpang, disediakan pula pegangan tangan untuk penumpang yang berdiri.
Gambar. Interior Kereta
Pengalaman naik kereta dan railbus ini merupakan pengalaman pertama saya naik kereta di Sumatra. Saya heran kenapa horn hampir selalu berbunyi. Setelah saya perhatikan, ternyata banyak sekali jalan tikus (persilangan dengan jalan kecil tanpa pintu pengaman) yang melewati lintas. Jadi memang masinis seperti sudah hafal mana – mana jalan tikus itu dan harus membunyikan klakson sebagai tanda kereta akan lewat. Di banding lintas di Jawa, lintas di Sumatra Barat ini lebih banyak memiliki tikungan. Ini sepanjang lintas yang saya lewati, jika salah mohon koreksinya. Selain itu, jembatan pada lintasnya sangat sempit, atau ngepres. Bahkan menurut petugasnya, dulu KA Lembah Anai yang memakai kaca sebagai spion harus diganti dengan CCTV karena sempitnya jembatan ini. Sedangkan secara lebar sepur sama dengan Jawa yaitu 1067. Pembangunan lintas double track juga sudah mulai dibangun.
Demikian sekilas review saya bersama Railbus Padang ini, semoga bermanfaat. Info tambahan, pada awal tahun 2018 ini, Kota Padang juga akan memiliki kereta bandara yang akan menghubungkan Bandara Internasional Minangkabau dengan stasiun kereta untuk integrasi transportasi di Provinsi Sumatra Barat ini. Semoga diberi kesempatan untuk menuliskan review kereta bandara Minagkabau nantinya.