Artikel
ini merupakan pembahasan lanjutan dari artikel Dual Power Locomotive – Part 1.
Silakan baca part 1 untuk lebih jelasnya.
Gambar
4. Skema kelistrikan utama
Gambar
4 menunjukkan skema kelistrikan utama pada lokomotif ALP-45DP. Dimana skema
tersebut menunjukkan adanya sebuah trafo dengan dua buah belitan sekunder yang
masing – masing terhubung dengan dua buah blok converter. Ada juga dua engine
dan dua alternator yang tercouple dan masing – masing terhubung ke salah satu
block converter. Blok converter adalah tempat untuk mengolah daya listrik dari
sumber baik itu LAA melalui trafo maupun dari mesin diesel melalui alternator
menjadi daya listrik yang mempu menggerakkan motor traksi dan mensuplay system
auxiliary.
Masing
– masing block converter ini terdapat 4QC (Quadrand Converter), Chopper, Brake
resistor, Traction inverter dan auxiliary inverter. 4QC disini berfungsi
sebagai rectifier yang mengubah listrik AC dari trafo maupun alternator menjadi
listrik DC. Listrik DC kemudian masuk ke traction inverter untuk diolah menjadi
listrik AC 3 phase variable untuk mengatur gerak motor traksi, pada jalur ini
juga terkoneksi chopper yang berfungsi untuk membuang energy hasil dynamical
braking menuju resistor. Sedangkan listrik DC dari 4QC satunya langsung masuk ke
auxiliary inverter untuk mensuply system auxiliary.
Masing
– masing motor traksi disuply secara individual dengan satu traction inverter,
sehingga total ada empat traction inverter. Sedangkan auxiliary inverter ada
dua, satu di masing – masing converter box. Pada kondisi normal, hanya satu
auxiliary inverter yang mensuplay beban auxiliary karena sudah mencukupi,
sedangkan yang satunya berfungsi sebagai back up. Sedangkan jika ada salah satu
traction inverter rusak, maka tenaga kereta berkurang yang berimbas pada
kecepatan kereta yang berkurang.
Selanjutnya
akan kita bahas bagaimana cara perpindahan sumber energinya dilakukan dari
diesel ke listrik dan sebaliknya. Pada perubahan dari mode diesel ke listrik
dilakukan sebagai berikut. Pada kondisi normal dua engine menyala, kemudian
salah satu engine dimatikan (missal engine 2). Pada kondisi ini converter 2
masih mendapatkan supply dari engine satu dengan adanya koneksi pada DC link.
Kemudian pantograph naik dan mensupply listrik ke trafo, bagian sekunder trafo
mensuplay 4QC. Ketika output 4QC sudah sama dengan kondisi DC link maka listrik
DC dari sumber LAA bisa dikoneksikan secara parallel dengan DC-link, satu dari
diesel, satu dari LAA. Kemudian engine 1 mulai dimatikan dan trafo sekunder pada
sisi converter satu disambungkan. Selanjutnya kereta disupply full secara
elektrik dari LAA. Perpindahan dari mode elektrik ke mode diesel dilakukan
dengan cara yang sama.
Gambar
5. Sisi dalam cabin lokomotif ALP-45DP
Pada
saat perpindahan mode dari diesel ke elektrik dan sebaliknya, listrik pada DC
link masih tetap ada sehingga system auxiliary kereta masih bisa menyala
demikian pula system propulsinya. Akan tetapi, pada desain awal kereta ini,
perpindahan mode dilakukan pada saat kereta berhenti atau tidak ada daya ke
system propulsi.
Demikian
pembahasan sekilas tentang lokomotif dual power, ALP-45DP semoga bisa menambah
wawasan kita tentang teknologi yang ada pada kereta api. Simak dan ikuti terus
keretalistrik untuk mendapat update terkini mengenai teknologi perkeretaapian.
Selain itu, jangan lupa follow instagram kami ya di @keretalistrik2007. Terima
kasih.
Referensi:
Mark
Hooley, James Martin, Gaetan Roy, The ALP-45 Dual Power Locomotive.