Apakah itu
longitudinal train model? Longitudinal train model adalah pemodelan kereta yang
hanya meninjau arah longitudinal, tanpa meninjau arah lateral maupun arah
vertikal. Dalam hal ini arah longitudinal adalah arah gerak kereta. Jadi dalam model ini nantinya
tidak mempertimbangkan hembusan angin dengan arah tegak lurus arah gerak kereta(arah lateral), maupun getaran yang memiliki arah vertikal. Apa fungsi model
longitudinal ini? Fungsinya adalah untuk mensimulasikan gerakan kereta dengan
adanya resistance yang ada. Resistance adalah gaya yang menghambat arah gerak
kereta, lebih jelas baca ResistansiGerak Kereta. Dari hasil simulasi ini, kita dapat memperkirakan
daya mesin yang dibutuhkan dan
juga spesifikasi dari komponen penggerak kereta, seperti
motor traksi dan lainya. Model longitudinal adalah model yang paling sederhana, dan akan kita
pelajari bersama pada artikel ini.
Gambar 1. Ilustrasi model longitudinal kereta
api
Dasar dari pemodelan ini adalah Hukum Newton. Seperti diilustrasikan
pada gambar 1, kita modelkan kereta dengan massa M bergerak ke arah kanan
(moving direction). Maka pada kereta akan bekerja gaya FT(traction force) dan
juga hambatan(resistansi) R. Dengan hukum Newton 2 maka diperoleh persamaan:
Terlihat bahwa dari rumus diatas terjadi sebuah hubungan dimana
gaya/resistance adalah fungsi dari kecepatan(v), kecepatan adalah fungsi dari akselerasi(a), dan akselerasi adalah fungsi dari gaya. Sehingga kita perlu
mengetahui v untuk menghitung F, F
untuk menghitung a, dan a untuk menghitung v. Sebelum melangkah ke analisa lebih jauh disarankan untuk membaca
macam – macam resistansi gerak kereta.
Gambar. Shinkansen Series
200 [1]
Sebagai contoh kita akan membuat model longitudinal kereta dengan
memakai analisa hambatan gesekan dan aerodynamic, yang mana kedua hambatan ini
tidak terpengaruh kondisi lintasan sehingga kita tidak memerlukan data
lintasan. Untuk formula hambatan kita pakai Rumus Davis kereta Shinkansen Seri
200 yakni[2]:
Dimana R(kN), V(m/s).
Massa kereta kita asumsikan 10 ton dan percepatan kita desain 0.5 m/s2, maka
kita dapatkan nilai Traction Force:
Berdasarkan perhitungan diatas kita peroleh nilai FT=13.202 kN, nilai ini adalah nilai gaya yang diperlukan untuk
menggerakkan kereta dengan percepatan 0.5 m/s2. Sekarang, bagaimana cara
menentukan daya mesin yang diperlukan untuk menggerakkan kereta atau daya
listrik maksimum yang diperlukan? Karena daya, P=F*v, maka kita bisa mendesain sampai kecepatan berapa kereta mempertahankan
percepatan desain kita tadi, 0.5 m/s2, untuk selanjutnya mengurangi nilai
percepatan ini. Perlu diingat, semakin besar nilai percepatan maka akan semakin
cepat kereta mencapai maksimum speed yang berarti juga dapat mnegurangi waktu
tempuh. Nilai percepatan maksimum untuk kereta api biasanya 1 m/s2, kenapa
kecil sekali? Karena hal ini berhubungan dengan keselamatan dan kenyamanan
penumpang, dengan percepatan yang terlalu tinggi penumpang bisa terpental dan
ini berbahaya. Biasanya untuk kereta jarak jauh percepatan yang dipakai sekitar
0.2 – 0.3 m/s2, sedangkan kereta lokal atau KRL biasanya memiliki percepatan
sekitar 0.5 – 0.8 m/s2.
Kembali ke perhitungan diatas, misal kita ingin mendesain kereta
mempertahankan percepatan 0.5 m/s2 hingga kecepatan 30 km/jam (30/3.6=8.33 m/s)
maka kita peroleh nilai daya yang dibutuhkan sebagai berikut:
Dari nilai diatas kita dapatkan nilai daya mesin atau daya listrik yang
dibutuhkan kereta dengan spesifikasi percepatan 0.5 m/s2 yang dipertahankan
hingga kecepatan 30 km/jam. Lantas apakah kereta hanya mampu berjalan sampai
kecepatan 30 km/jam? Tentu tidak, karena seperti disebutkan sebelumnya
kecepatan 30 km/jam adalah kecepatan dimana percepatan kereta adalah 0.5 m/s2,
dan setelah melewati kecepatan 30 km/jam kereta masih bisa menambah kecepatanya
hanya saja percepatannya akan turun. Kenapa percepatan turun? Hal ini sesuai
dengan persamaan P=F*v, karena daya
mesin adalah tertentu/ tetap, maka jika nilai P=110 kW, dan nilai v terus bertambah, otomatis nilai F akan berkurang. Berkurangnya nilai F, akan menyebabkan nilai percepatan berkurang
pula seperti yang ada pada formula diatas. Hasil perhitungan ini biasanya
disebut train performance calculation, baca juga Train Performance.
Gambar. Ilustrasi nilai FT [3]
Ref.
[2] Rail Transportation: Adendum, Rail Resistence Equation. http://128.173.204.63/courses/cee3604/cee3604_pub/rail_resistance.pdf
0 komentar :
Posting Komentar