Setelah sebelumnya kita bahas tentang analisa lintasan lengkung dan kita tahu apa fungsi dari analisa ini, dan serta kita pelajai pula salah satu metodenya yakni ROY diagram. Baca: Analisa Lintasan Lengkung: Roy Diagram. Pada kesempatan ini akan kita pelajari bersama metode analisa lintasan lengkung yang lain yaitu VOGEL diagram. Vogel diagram telah diakui lebih akurat dibandingkan dengan roy diagram, terutama pada lintasan lengkung dengan jari – jari yang kecil.
Jika pada roy diagram, lintasan lengkung digambarkan sebagai suatu lingkaran yang jari-jarinya sama antara sisi horizontal dan vertikal, maka pada vogel diagram, lintasan lengkung digambarkan dalam bentuk elips sehingga jari-jari horizontal dan vertikalnya memiliki nilai yang berbeda.
Langsung saja untuk lebih jelasnya, berikut contoh dari vogel diagram:
Gambar 1. Vogel diagram
Pada gambar 1 adalah analisa vogel diagram untuk kereta yang memiliki kabin, bisa lokomotif atau kereta berpenggerak. Kemudian dibawah kereta ada vogel diagram yang berbentuk elips dengan jari-jari horizontal berskala 1:1 terhadap jari-jari lintasan lengkung, sedangkan sisi vertical berskala 1:0.1. Sehingga jika jari-jari lintas 200m, maka sisi horizontal vogel diagram ini memiliki jari-jari 200 sedangkan sisi vertikalnya memiliki jari-jari 20. Catatan: jari-jari horizontal disini adalah jari-jari panjang dari elips sedangkan jari – jari vertikal adalah jari-jari pendek dari elips. Dua garis kurva sebelah atas menunjukkan sisi luar rel, sedang dua garis kurva bagian bawah menunjukkan sisi dalam rel dari rel sisi luar lintasan lengkung.
Analisa dilakukan terhadap titik A,B,C, dan D apakah aman terhadap loading gauge pada lintasa lengkung. Kemudian kita tarik garis proyeksi dari titik – titik tadi ke arah vogel diagram. Titik potong pusat bogie depan dan pusat bogie belakang(pada kurva paling dalam) kita hubungkan menjadi sebuah garis lurus. Kedua bogie menempel pada sisi dalam rel, ini adalah kondisi normal. Ketika kereta membelok, kita misalkan roda pada bogie depan sampai menyentuh rel sisi luar. Pada kondisi ini kita analisa apakah body/ badan kereta masih aman terhadap loading gaude.
Seperti pada roy diagram, analisa juga dilakukan ketika kereta pada kondisi tilt/ miring dengan kemiringan 1 derajad, tetapi sekarang kita gunakan rumus untuk analisanya sebagai berikut:
Y’ = 0.017 Z + 10 [1]
Dimana Y’ adalah pergeseran ke atas akibat tilt, sedangkan Z adalah ketinggian yang diukur dari kepala rel. Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Pergeseran arah vertikal
Berdasarkan data Y’ kita buat titik A, B, C, dan D pada vogel diagram. Setelah itu, ukur jarak antara titik tadi dengan titik potongnya di vogel diagram. Jarak inilah deviasi maksimum kereta.
Untuk kesesuaian dengan loading gauge, lebar kereta dari titik tengah juga perlu kita ukur seperti gambar 2. Terilihat bahwa loading gauge 4500mm, lebar badan kereta 3500mm dan lebar dari titik tengan 1750. Hasil pengukuran ini terangkum pada tabel 2.
Gambar 2. Analisa lebar badan kereta
Tabel 2. Hasil pengukuran vogel diagram
Berdasarkan tabel diatas, deviasi maksimum diperoleh berdasarkan pengukuran di vogel diagram. Lebar body dari analisa lebar badan kereta, space yang dibutuhkan adalah penjumplahan dari deviasi maksimum dan lebar body dari titik tengah. Kinematic gauge ini diukur dari titik tengah. Kita bandingkan antara space yang dibutuhkan dan kinematic gauge. Ternyata masih ada space clear area sehingga titik - titik yang kita analisa tadi lolos dari loading gauge, dan berarti pula aman. Demikian pembahasan vogel diagram, semoga bermanfaat.
Referensi:
[1] Dinamika Kendaraan Rel. Subyano. Bandung 1977.