Dunia Kereta dan Dunia Listrik, Ada disini!

Jumat, 29 September 2017

Aku Pilih Naik Kereta Api

Saat ini mode transportasi kereta api menjadi pilihan banyak masyarakat di Indonesia. Jika dibanding mode transportasi lain kereta api paling unggul. Pesaing utama kereta api adalah pesawat terbang. Walaupun tidak dipungkiri untuk transportasi antar pulau seperti di Indonesia ini pesawat terbang menduduki posisi terdepan, tetapi setidaknya untuk transportasi antar kota dalam satu pulau, kereta api merupakan salah satu pilihan utama. Seiring dengan gencarnya pembangunan pra-sarana transportasi di luar pulai Jawa seperti Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya, maka tidak diragukan mode transportasi ini akan berkembang pesat kedepannya.

Untuk dapat bersaing dengan pesawat pada transportasi antar kota dalam pulau, kereta api dapat berkaca pada sistem pelayanan pada sarana transportasi udara ini. Jika kita bandingkan dari beberapa ulasan, kereta api sudah unggul dibanding pesawat terbang seperti terlihat pada tabel berikut:


(sumber : www.telegraph.co.uk dan pengalaman pribadi penulis)

Data perbandingan diatas diambil pada kereta kelas eksekutif dan pesawat kelas ekonomi dimana dari segi harga hampir sama. Berdasarkan data diatas kereta api unggul dibanding pesawat. Ada dua parameter dimana kereta api kalah jika dibanding pesawat yaitu waktu tempuh dan sistem transit.

Dari segi waktu tempuh memang menjadi alasan utama orang memilih mode transportasi pesawat. Akan tetapi, seiring perkembangan teknologi kereta, dengan adanya kereta cepat maka waktu tempuh ini pun bisa dikompres. Alternatif lain untuk bersaing pada faktor ini adalah dengan meningkatkan kenyamanan penumpang. Jika penumpang sudah nyaman di kereta maka waktu tempuh yang lama pun tidak akan terasa dan tubuh tetap merasa fresh meskipun telah menempuh perjalan beberapa jam.

Berbicara tentang kenyamanan sebagai alternatif kompensasi waktu tempuh ini, tidak lagi seperti yang disebutkan pada point enam tabel diatas. Kenyamanan disini lebih pada kenyamanan mengistirahatkan tubuh agar tidak penat menempuh perjalanan dan juga kenyamanan agar tidak bosan menempuh waktu yang lama. Kenyamanan pertama dapat diwujudkan dengan adanya kereta tidur misalnya atau dengan memperbaiki ergonomis kursi kereta agar orang merasa tetap nyaman meskipun duduk dalam waktu yang lama. Kenyamanan kedua dengan memperbaiki vasilitas audio visual kereta api, baik itu secara tampilan maupun konten yang disajikan sehingga penumpang tidak penat.

Faktor kedua yang menyebabkan pesawat lebih unggul adalah sistem transit. Saat ini jika kita memesan tiket pesawat maka akan sering kita temui rute transit. Rute transit sebenarnya merupakan salah satu usaha untuk mengefesienkan perjalanan bagi operator, sedangkan bagi penumpang membantu dalam pembelian tiket dan juga waktu tunggu. Seiring dengan meningkatnya jumlah penumpang dan juga pembangunan pra-sarana double track, sistem transit ini kedepannya akan sangat menguntungkan bagi operator dan juga konsumen kereta api.



(sumber: kereta-api.co.id)

Gambar diatas merupakan rute atau jalur kereta api di pulau Jawa, stasiun - stasiun di percabangan jalur dapat dimanfaatkan sebagai stasiun transit. Dengan menggunakan rute transit ini harapnnya kereta - kereta dari stasiun yang dinilai minim penumpang dapat disatukan pada kereta lain dengan tujuan stasiun yang sama. Sistem ini harapannya membuat penjualan kursi/ tiket semakin efisien. Selain itu sistem transit juga dapat diaplikasikan pada kereta jarak jauh dan kereta lokal, sehingga dalam pembelian tiket, penumpang bisa memesan langsung. Pada tiket nanti akan tercantum transit seperti pada sistem yang dipakai pesawat.

Selain itu stasiun-stasiun transit juga dapat digunakan sebagai patokan penentu harga tiket. Dalam artian, sistem penjualan tiket dibagi per stasiun transit. Misalnya jika kereta Gajayana dari Malang berangkat dengan 400 penumpang, maka jika Stasiun Balapan Solo adalah stasiun transit, jumlah penumpang pada sistem tiketing dapat diupdate. Jika kereta Gajayana tadi menurunkan 100 penumpang di Stasiun Balapan, maka 100 kursi yang kosong tadi bisa dijual tiketnya lagi di Solo. Penjualan tiket ini bukan saat penumpang sudah turun, tetapi sudah diperhitungkan di sistem ticketing.

Harapanya kedepan kereta api semakin maju dan menjadi pilihan utama untuk transportasi antar kota dalam pulau bahkan antar pulau seperti di Eropa. Selamat hari jadi ke - 72 PT.KAI (Persero). Majulah perkeretaapian Indonesia.
Share:

Rabu, 20 September 2017

Dunia Kereta - Apa itu Axle Counter?

Salah satu cara yang dipakai untuk mendeteksi bahwa suatu blok lintas sudah clear dari keberadaan kereta adalah dengan menggunakan axle counter. Apa itu blok lintas? Baca: Block Signaling. Seperti namanya, sistem ini akan menghitung axle kereta yang melewatinya. Sistem ini dipasang di awal blok lintas dan di akhir blok signal. Jika jumlah axle yang terdeteksi di awal dan di akhir blok signal sama, maka menandakan kereta sudah lewat dari blok signal, dalam arti blok sudah clear. Satu titik axle counter terdiri dari dua sensor sehingga dapat diketahui arah gerak dan juga kecepatan kereta. Sebuah kumputer yang disebut “evaluator” bertugas untuk membandingkan jumlah axle yang terdeteksi dari titik axle counter awal dan akhir blok.



Gambar 1. Sistem axle counter

Sistem ini selain dipakai pada blok lintas juga digunakan pada railway crossing ( perlintasan sebidang). Ketika kereta melewati axle counter pada jarak yang telah ditentukan dari perlintasan sebidang, maka sensor axle counter akan memberi informasi untuk menutup palang pintu, baik secara otomatis maupun sinyal untuk petugas perlintasan.


Gambar 2. Sensor axle counter

Kelebihan dari sistem axle counter ini adalah tidak diperlukannya isolasi rail joint ( isolasi pada persambungan rel) seperti pada metode track circuit. Selain itu kabel yang diperlukan juga lebih sedikit sehingga murah dalam instalasi dan perawatannya. Sistem ini juga aman dan dapat bekerja meskipun ada kontaminasi di rel seperti basah, pelumas, ataupun sanding (penaburan pasir untuk menambah koefisien gesek antara roda dan rel). Axle counter terbaru dapat dipasang pada jarak hampir 50 km dari komputer server dan tetap reliable.

Sedangkan kekurangan dari sistem axle counter ini adalah kegagalan pembacaan sensor sehingga perlu dicek secara berkala. Pada awal pemakaiannya terdapat keterbatasan pembacaan jumlah axle yaitu 255 axle per kereta, sehingga jika jumlah axle melebihi maka akan terjadi error. Akan tetapi, kelemahan ini sudah teratasi seiring berkembangnya kemampuan prosesor sehingga jumlah axle berapapun sudah tidak masalah.

Reff:
Share:

Dunia Kereta - Track Circuit: Metode deteksi keberadaan kereta

Salah satu metode yang dipakai untuk mendeteksi keberadaan kereta pada lintas adalah Track Circuit. Disebut demikian kerena metode ini menggunakan circuit listrik sederhana pada lintas. Sistem ini pertama kali dipakai pada 1864 oleh William Robert Sykes pada London Chatham and Dover Railway. Lebih jelas tentang track circuit dan operasionalnya, baca sampai selesai ya.

Gambar 1 menunjukkan kondisi track circuit ketika blok lintas kosong. Dari sebelah kiri terdapat insulated gap yang merupakan gap isolasi antar satu blok lintas dengan blok lintas yang lain. Lebih jelas tentang blok lintas/ blok signaling baca: Block Signaling. Dalam satu blok lintas terdapat satu sistem track circuit. Aliran listrik di batre mengalir melalui rel dimana satu positif dan satu negatif akhirnya sampai di signal relay dan mengaktifkan relay. Ketika relay aktif maka lampu hijau akan menyala, yang berarti blok lintas kosong. 


Gambar 1. Kondisi blok lintas kosong


Gambar 2. Kondisi blok lintas terisi


Selanjutnya ketika kereta melintas, Gambar 2. Maka aliran listrik kutup positif dan negatif mengalir melewati axle sebelum sampai ke signal relay sehingga relay tidak aktif. Ketika relay tidak aktif maka switch lampu signal berpindah kebawah dan lampu merah yang menyala, menandakan blok lintas terisi. Dari sini jelas pula fungsi dari isolatuion gap yaitu agar power di satu track circiut tidak mengganggu sistem track circuit yang lain. Biasanya power yang dipakai pada sistem ini hanya sekitar 1,5 - 12 VDC.

Bagaimana pemasangan track circuit pada lintas kereta listrik dimana rel sebagai current return ( tempat kembalinya arus listrik)? Jika rel sebagai netral atau grounding tempat kembalinya arus, tentu akan menggangu sinyal dari track circuit. Untuk itu pada sistem LAA AC, track circuit biasanya juga menggunakan power AC namun dengan frekuensi yang berbeda dan relay dirancang dengan filter untuk mendeteksi frekuensi yang telah ditentukan. Sedangkan untuk LAA DC, track circuit DC dilakukan dengan memakai salah satu rel sebagai kutub positif track circuit dan rel satunya sebagai kutub negatif track circuit sekaligus sebagai current return sistem LAA.

Rel modern sekarang biasanya tidak memiliki joint/ sambungan, dimana sambungan sudah dilas ketika instalasi. Apakah track circuit yang memerlukan isolation gap bisa diaplikasikan? Untuk menjawab pertanyaan ini, maka track circuit memberikan solusi dengan memakai transmiter - receiver dimana frekuensi diset berbeda antar blok lintas. Sehingga track circuit pun masih bisa diaplikasikan.



Gambar 3. Track circuit dengan frekuensi

Contoh produk track circuit antara lain, FTG S produk Siemens, FS3000 produk Westinghouse, EBI Track 400 produk Bombardier dan Alston dengan Digicode dan Jade. Metode lain untuk deteksi keberadaan kereta adalah axle counter.


Reff:
Share:

Selasa, 19 September 2017

Dunia Kereta - Block Signaling

Blok signaling adalah pensinyalan dengan membagi lintas menjadi beberapa blok. Untuk itu terkadang saya sebut blok lintas. Setiap blok hanya boleh diisi satu kereta dalam satu waktu. Tanda sinyal dipasang di awal blok sehingga kereta yang akan melintas tahu apakah blok lintas di depannya terisi kereta atau kosong. Pembagian bloknya sendiri ada bermacam - macam, tetapi sacara umum dibagi dua yaitu: fix block(blok tetap) dan moving block(blok berubah).

Fix block berarti panjang setiap blok adalah tetap. Dulu, sebelum sistem signaling sebaik saat ini, biasanya blok lintas adalah per stasiun. Jadi awal blok adalah di suatu stasiun dan berakhir ketika bertemu stasiun selanjurnya. Kemungkinan stasiun - stasiun kecil di tingkat kecamatan dipakai sebagai penanda awal dan akhir blok ini. Sedangkan sekarang panjang tiap blok adalah setiap bertemu tanda sinyal selanjutnya. Panjang blok dihitung dengan mempertimbangkan frekuensi kereta di lintas dan juga jarak aman pengereman yang hubungannya dengan: kecepatan maksimum kereta, gradient lintas, dan sistem pengereman kereta.

Penggunaan fix blok pada lintas yang dilalui beberapa jenis kereta seperti kereta lokal, kereta high speed dan kereta barang tentunya akan mempertimbangkan kemungkinan terburuk yakni jarak pengereman terjauh pada high speed. Walaupun secara ekonomi tidak efisien karena frekuensi kereta lokal dan barang jadi menurun. Sehingga biasanya untuk high speed memiliki jalur tersendiri.

Gambar 1 menunjukkan ilustrasi sederhana dari sistem fix blok signaling. Terlihat block bagian tengah kosong sehingga lampu sinyal hijau, sedangkan blok paling kanan terisi sehingga lampu sinyal merah. Sedangkan pada Gambar 2 disebut multi aspek signaling yaitu dengan menambahkan satu blok kosong sebagai buffer. Untuk deteksi apakah kereta sudah melewati suatu blok atau belum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu track circut dan axle counter.


Gambar 1. Simple block signaling



Gambar 2. Multiple aspek block signaling

Kekurangan dari sistem fix blok adalah jumlah kereta yang di lintas terbatas karena harus menyediakan open block dan juga buffer block ( pada multi aspek signaling) sehingga penggunaan lintas kurang efisien. Selain itu maintenance peralatannya juga mahal. Kemudia dikembangkanlah sistem moving blok.

Pada sistem moving blok, panjang tiap blok tidak pasti, bahkan bloknya sendiri berjalan. Konsep pada sistem ini adalah memberi jarak aman ( buffer) di depan dan belakang kereta. Buffer depan untuk mengakomodasi jarak pengereman kereta tersebut sedangkan buffer belakang untuk mengakomodasi jarak pengereman kereta di belakangnya. Pada sistem moving block keberadaan kereta dan juga kecepatan kereta dideteksi oleh sensor yang dikirim ke server. Dari server inilah diatur panjang buffer berdasarkan kecepatan kereta dan juga jumlah kereta di lintas, teknologi yang dipakai sering disebut dengan CBTC ( Communication Based Train Control). CBTC sendiri sudah banyak dipakai di metro yang frekuensi perjalanan keretanya tinggi. Bahkan dengan CBTC dimungkinkah kereta driverless (kereta tanpa masinis). Gambar 3 menunjukkan perbandingan antara sistem fix block dan moving block.



Gambar 3. Perbandingan fix block dan moving block

Reff:
Share:

Translate

Tentang Penulis

Tentang Penulis
[click foto utk detail]

Follow IG

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Highlight

Dunia Kereta - Flywheel: Solusi Efisiensi Energi Kereta Listrik

Seperti telah kita pelajari bersama pada Sistem Propulsi Kereta Rel Listrik (KRL)  bahwa pada KRL memungkinkan tiga jenis pengereman yaitu ...

Flag Counter

Flag Counter