Ilmu tentang resistansi gerak kereta diperlukan dalam pemodelan
longitudinal kereta. Pada pemodelan longitudinal kereta, kita bisa
mensimulasikan pendekatan sederhana mengenai perhitungan daya penggerak kereta.
Lihat Pemodelan Longitudinal Kereta Api. Pada artikel kali ini akan kita
bahas mengenai beberapa resistansi yang umum dipakai dalam pemodelan
longitudinal kereta.
Runing
resistance
Running resistance adalah resistance yang
timbul akibat adanya gaya gesek. Disini running resistance dibagai dua yakni
yang tidak dipengarahi oleh kecepatan dan yang dipengaruhi oleh kecepatan. Yang
tidak dipengaruhi oleh kecepatan misalnya gesekan antara roda dan rel, bearing
dan lain sebagainya. Sedangkan yang dipengaruhi oleh kecepatan adalah gesekan flangeroda, benturan antar komponan dan lainya. Hubungan antara losses yang
dihasilkan dari resistansi ini dengan kecepatan adalah linier seperti
ditunjukkan gambar 1[1].
Gambar 1. Hubungan antara gaya gesek dan
kecepatan
Aerodynamic
resistance
Aerodynamic resistance atau air resistance
adalah hambatan yang disebabkan oleh angin. Besarnya hambatan ini dipengaruhi
oleh luas penampang kabin kereta, bentuk kereta, panjang kereta dan lain
sebagainya. Hubungan antara hambatan ini dengan kecepatan kereta adalah
kuadratis seperti dapat dilihat pada gambar 2[1]:
Gambar 2. Hubungan antara gaya aerodinamis dan
kecepatan
Running resistance dan aerodynamic resistance
dapat dimodelkan tanpa harus mengetahui kondisi lintasan. Untuk dua jenis
resistansi ini, terdapat rumus yang sudah banyak dikenal dalam dunia
perkeretaapian yakni rumus Davis dengan persamaan sebagai berikut:
Dimana konstanta A mewakili gaya gesek yang
tidak dipengaruhi kecepatan, konstanta B mencerminkan gaya gesek yang
dipengaruhi kecepatan, dan konstanta C mewakili aerodynamis resistance. Besaranya
nilai dari konstanta A, B, dan C berbeda – beda setiap pabrikan dan memerlukan
pengujian untuk memperolehnya. Berikut contoh Rumus Davis yang dipakai di
Shinkansen Series 200[2]:
Dimana R(kN), V(m/s).
Gradient
Resistance
Gradient resistance adalah hambatan yang
dipengaruhi oleh gradient atau ketinggian lintasan. Biasanya gradient
dinyatakan dalam % atau ‰. Gradient 10 % artinya setiap jarak 100 m
terjadi kenaikan sebesar 10 m. Sedangkan jika gradient 10 ‰ artinya, setiap jarak 1000m terjadi kenaikan 10m. Di Indonesia sendiri
dipakai satuan ‰.
Rumus untuk resistansi ini adalah sebagai
berikut[1]:
Dimana Rg
adalah gradient resistance (kN), M
adalah massa kereta (ton), g adalah
percepatan gravitasi (m/s2), dan G adalah gradient dalam %. Jika gradient
dalam ‰, maka nilai penyebut pada rumus diatas,
100, diganti 1000.
Curve
Resistance
Curve resistance adalah resistansi yang timbul
akibat adanya tikungan di lintasan. Resistansi ini bersama gradient resistance
termasuk resistansi yang berhubungan dengan lintasan, sehingga untuk menghitung
keduanya diperlukan data lintasan. Curve resistance dirumuskan sebagai berikut[2]:
Dimana Rc adalah kurve resistance (kN), k adalah
konstanta tanpa dimensi dimana besarnya antara 500 - 1200, M adalah massa
kereta (ton) dan r adalah radius tikungan (m).
Ref:
[2]Rail Transportation: Adendum, Rail Resistence Equation.
0 komentar :
Posting Komentar