Di Indonesia memiliki dua jenis lokomotif yaitu diesel
hidrolik (DH) dan diesel elektrik (DE). Lokomotif DH banyak dipakai zaman dulu
dan sekarang populasinya pun sudah menipis. Sekarang PT.KAI lebih memilih untuk
mengoperasikan lokomotif jenis DE. Sebenarnya apa sih kelebihan lokomotif DE
sehingga PT.KAI sekarang lebih memilih untuk mengoperasikan lokomotif DE? Pada
artikel ini kita akan bahas perbedaan antara lokomotif DH dan lokomotif DE.
Simak sampai selesai ya.
Baik lokomotif DH maupun lokomotif DE sumber energi
utamanya berasal dari mesin diesel, perbedaan keduanya adalah pada transmisi
powernya menuju roda. Pada lokomotif DH power dari mesin diesel diteruskan ke
roda melalui transmisi hidrolik dengan memakai torque converter. Prinsipnya
seperti mobil diesel. Sedangkan pada lokomotif DE transmisi powernya memakai
sistem elektrik. Artinya tenaga dari mesin diesel dipakai untuk menggerakkan
alternator yang menghasilkan listrik. Listrik diolah untuk bisa menggerakkan
motor traksi.
Lokomotif diesel hidrolik BB301
Sedangkan secara sistem auxiliary, lokomotif DH
memanfaatkan pompa hidrolik untuk memutar alternator untuk menghasilkan
listrik. Terkadang lokomotif DH juga dilengkapi dengan genset. Sedangkan pada lokomotif
DE, karena sudah memakai alternator, daya untuk sistem auxiliary diambilkan dari
situ, tetapi ada juga yang memiliki alternator khusus auxiliary.
Setelah tau perbedaan mendasar keduanya ditinjau dari
sistem propulsi dan sistem auxiliary akan kita lanjutkan pembahasan pada faktor
lainnya. Pertama dari sisi berat kereta. lokomotif DH memiliki berat yang lebih
ringan dibanding lokomotif DE. Hal ini kerena transmisi dari mesin diesel
sampai roda hanya memerlukan torque converter. Sedangkan pada lokomotif DE
transmisi dari mesin diesel sampai roda terdapat alternator, komponen power
elektronik, dan juga motor traksi. Sebagai contoh, berat lokomotif DH BB301
dengan daya mesin 1500 HP memiliki berat 52 ton sedangkan berat lokomotif DE
BB203 dengan daya mesin 1400 HP memiliki berat 76 ton. Karena alasan ini maka
dalam pengoperasian di lintas harus melihat beban gandar yang mampu ditopang
oleh rel di lintas.
Lokomotif diesel elektrik BB201
Kedua dari sisi initial cost. Dari pembahasan diatas
jelas bahwa komponen lokomotif DE lebih banyak, sehingga dari segi biaya pun
lebih mahal. Untuk contoh harga kedua lokomotif, mohon maaf kami tidak ada data
tentang ini.
Ketiga yaitu daya mesin diesel. Daya mesin diesel pada
lokomotif DH biasanya lebih rendah dari lokomotif DE. Hal ini karena
memperhatikan ukuran torque converter yang semakin besar jika daya engine
besar. Sedangkan pada lokomotif DE ukuran alternator dengan daya tinggi sudah
compact. Karena alasan inilah maka daya traksi lokomotif DE lebih tinggi.
Lokomotif DH cocok dioperasikan pada lintasan datar sedangkan lokomotif DE
dapat dipakai di lintasan tanjakan. Pada lintasan datar, lokomotif DE dapat
menarik beban yang lebih banyak dibanding lokomotif DH.
Keempat, dari segi maintenance. Karena komponen transmisi
lokomotif DH hanya terdiri dari torque converter, maka jika terjadi kerusakan
torque converter biaya penggantiannya mahal. Komponen ini sulit diperbaiki
karena berupa sistem mekanis hidrolis yang tertutup dan memerlukan kepresisian
yang tinggi. Jika torque converter rusak, maka tidak dapat berjalan lagi karena
biasanya torque converter pada lokomotif DH hanya satu (jika lokomotif memakai
satu mesin diesel) kemudian keluarannya di-couple ke roda dengan gardan shaft.
Sebaliknya pada lokomotif DE, karena terdapat banyak komponen sehingga
kerusakan pada salah satu komponen terkadang lokomotif masih bisa jalan.
Misalnya jika ada satu motor traksi rusak, motor traksi lain masih bisa
menggerakkan kereta. Selain itu, karena komponennya kecil dan banyak, sehingga
jika ada kerusakan komponen maka penggantianya akan lebih murah (kecuali banyak
komponen yang rusak). Selain itu populasinya yang banyak juga membuat stok
spare part yang tersedia lebih banyak.
Perbandingan lokomotif DH dan DE
Demikian sekilas tentang perbandingan lokomotif diesel
hidrolik dan lokomotif diesel elektrik. Semoga bisa menambah pengetahuan kita.
Jika ada saran dan masukan, silakan tuliskan di kolom komentar. Terima kasih.
Artikel yang sangat bagus mas! Bravo!
BalasHapusSaya dan anak saya adalah penggemar kereta api, artikel ini menambah peebendaharaan wacana kami.
Terima kasih banyak mas
👍👍👍👍👍
Terimakasih sudah berkunjung di web kami
Hapuskenapa ngak langsung dari mesin langsung ke gardan saja kang, seperti mesin truk misalanya, kenapa harus ke elektrik atau ke torque converter dulu...
BalasHapusKan TC = Transmisinya
HapusKemungkinan karena bobot kereta yg berat maka jika langsung transmisi seperti mobil akan cepat sekali aus, untuk itu diberi torque converter
BalasHapusMencerahkan, terimakasih. Muncul pertanyaan kenapa INKA memproduksi CC300 yang diesel hidraulik ? sementara pemanfaatanya tidak terlalu banyak di KAI ?
BalasHapusSetahu kami, CC300 adalah pesanan dephub, INKA membuat kereta sesuai pesanan
Hapus